BLITAR - MTsN Jambewangi, Kecamatan Selopuro kemarin (3/10) gempar. Diduga cuaca terik dan belum sarapan pada saat mengikuti upacara bendera, sebanyak 11 siswa pingsan pada pergantian jam pelajaran kedua atau sekitar pukul 09.00. Kuat dugaan, penyebab pingsan massal itu akibat kepanasan usai mengikuti upacara bendera yang diselenggarakan pada pagi harinya. Karena penanganan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) tidak mampu, 11 siswa itu dilarikan ke RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi untuk mendapatkan penanganan medis.
Diketahuinya pingsan massal itu bermula sekitar pukul 09.00, saat ada beberapa siswa yang mengeluhkan mual dan pusing di dalam kelas. Oleh pihak madrasah, siswa bersangkutan langsung dilarikan ke UKS untuk mendapatkan pertolongan pertama. Namun beberap saat kemudian, dari berbagai kelas muncul beberapa siswa dengan keluhan yang sama. Siswa yang mengalami pingsan, antara lain, Mita Yulina Santi (VIII C), Sri Ajeng Komariyah (VIII B), Robiah (IX D), Sahna (VII F), Infan Dwi (VII D), Amin N Mustapa (IX A), Eka Z (VII D), Adawiyah (IX D), Isma Lutfiah (VIII E), Riska (VIII E), dan Berlyan (VIII E).
Menurut Waka Kesiswaan MTsN Jambewangi Nu’man, informasi yang diperoleh dari para siswa, rata-rata mereka yang pingsan tidak sarapan sebelum berangkat ke madrasah. Selain itu pada pukul 07.00, seluruh siswa juga mengikuti upacara bendera. Awalnya juga tidak ada gejala apa-apa pada saat memasuki jam pelajaran kedua, beberapa siswa mulai mengeluhkan mual dan pusing. “Satu persatu siswa dibawa ke UKS,” jelasnya.
Namun, beberapa saat kemudian beberapa siswa dari lain kelas juga mengalami hal yang sama. Dengan kondisi itu, akhirnya sekolah mengalami kendala dalam penanganan siswa yang merasakan mual dan pusing, dan akhirnya siswa itu dilarikan ke Puskesmas Selopuro karena tidak tertangani pihak madrasah. Atas saran dari pihak puskesmas, 11 siswa itu akhirnya dirujuk ke rumah sakit sekitar pukul 10.30. “Dari jumlah siswa itu, dua siswa diantaranya diketahui sedang menjalankan puasa,” ungkap Nu’man.
Namun, dengan kejadian itu masyarakat kembali teringat dengan kejadian keracunan massal yang terjadi pada 19 Januari 2011 lalu. Saat itu, sebanyak 11 siswa mengalami keracunan pada saat jam istirahat. Diduga pemicu keracunan massal itu adalah setelah siswa itu mengkonsumsi mie rebus dan teh di salah satu warung di sekitar sekolah. Semua siswa yang mengalami keracunan itu mengeluhkan perut mual dan kepalanya pusing, dan akhirnya juga dilarikan ke RSUD Ngudi Waluyo. Dengan kejadian itu, pihak madrasah menegaskan musibah kali ini tidak ada kaitannya dengan kejadian awal tahun itu. “Musibah ini tidak ada kaitannya dengan makanan, karena siswa banyak yang tidak makan. Jadi tidak ada hubungannya dengan keracunan Januari lalu,” tegas waka kesiswaan ini.
Sri Ajeng Komariyah, 13, salah satu korban pingsan mengaku sudah mengalami gejala mual dan pusing sekitar pukul 07.00, pada saat mengikuti upacara bendera. Namun saat itu karena merasa masih kuat akhirnya gejala yang dirasakan itu tidak dihiraukan sama sekali, hingga akhirnya saat pergantian jam pelajaran kedua, dia tidak kuat dan tubuhnya terasa lemas. “Saya tidak tahu, awal terasa mual dan pusing, tapi kok malah semakin lemas,” ujarnya saat mendapatkan perawatan di UGD kemarin.
Suasana UGD sendiri kemarin sangat ramai, untuk menampung 11 siswa yang mengalami pingsan. Kemarin pihak rumah sakit membuatkan ruang tambahan untuk memberikan perawatan kepada para siswa. Beberapa pengajar dan staf madrasah tampak hilir mudik mengamati perkembangan kondisi siswanya. Beruntung, belasan siswa itu segera mendapatkan penanganan medis.
Sementara itu, keterangan dari rumah sakit, sekitar pukul 10.30, yang datang sebanyak empat siswa yang diantarkan pihak madrasah. Tak berapa lama, datang beberapa siswa lagi secara bergelombang hingga pukul 11.46. Total ada 11 siswa yang mendapatkan penanganan dari pihak rumah sakit untuk diketahui penyebab pingsan massal itu. Hasil diagnosa, gejala yang dialami semua siswa rata-rata sama, yakni mual dan pusing. Dan tidak ada siswa yang berakibat batal dengan musibah itu. “Hanya satu yang memerlukan bantuan oksigen karena merasa sesak,” jelas Kasubbag Humas RSUD Ngudi Waluyo Lilik Sukesi.
Lanjutnya, informasi dari tim medis di Unit Gawat Darurat (UGD) yang menangani 11 siswa itu, mereka pingsan (sinkob) karena kepanasan (exhausen). Dan dari hasil penanganan, sekitar 30 menit usai penanganan, semua siswa sudah menunjukkan kondisi yang membaik. Baru sekitar pukul 13.30, satu persatu siswa sudah diizinkan pulang, karena kondisi sudah membaik dan ditangani dengan rawat jalan.
sumber: http://superndanden.blogspot.com/2011/10/sinkob-masal-karena-exhausen.html#comment-form
0 komentar:
Posting Komentar